Home > Kebijakan

Harga Minyak Tembus 130 Dolar per Barel? Ini Alasannya.

Apabila Iran tutup selat Hormuz, VLCC kena hajar.
Kargo lagi-lagi kena imbasnya (Ilustrasi). Sumber: Freepik.
Kargo lagi-lagi kena imbasnya (Ilustrasi). Sumber: Freepik.

ShippingCargo.co.id, Jakarta—Ketegangan antara Israel dan Iran memicu kekhawatiran global, terutama terkait potensi lonjakan harga minyak dunia. Jika Iran benar-benar menutup Selat Hormuz—jalur utama ekspor minyak global—harga minyak bisa meroket hingga 130 dolar AS per barel, menurut laporan media Turki, Hurriyet, seperti dilansir oleh Republika pada Senin (16/6/2025).

Selat Hormuz adalah jalur laut strategis yang menghubungkan Teluk Persia dan Laut Arab. Sekitar 20 persen minyak dunia dan 80 persen ekspor minyak dan gas dari Timur Tengah melewati selat ini. Jika ditutup, dampaknya akan sangat besar bagi pasokan energi global.

Iran mempertimbangkan penutupan selat sebagai balasan atas serangan udara Israel pada 13 Juni, yang menargetkan fasilitas militer dan nuklir Iran. Serangan tersebut menewaskan beberapa petinggi militer dan ilmuwan nuklir. Iran kemudian meluncurkan serangan balasan lewat drone dan rudal ke wilayah Israel.

Meskipun drone Iran tak menimbulkan kerusakan besar, para analis percaya Iran akan merespons lebih keras. Namun, pilihan Iran terbatas. Menutup Selat Hormuz, per Maritime Executive, bisa merugikan dirinya sendiri, karena ekspor minyaknya juga melalui jalur itu. Selain itu, aksi ini bisa memicu campur tangan militer Amerika Serikat dan kemarahan negara tetangga.

Lonjakan harga minyak akan memengaruhi perekonomian global. Harga tanker juga naik, terutama untuk kapal VLCC (Very Large Crude Carrier) yang mengangkut minyak dari kawasan Teluk. Jika konflik berlarut, tarif pengangkutan bisa terus melonjak karena perusahaan pelayaran enggan masuk wilayah berisiko.

Bagi Indonesia—yang masih mengimpor lebih dari separuh kebutuhan minyak nasional—situasi ini dapat mendorong harga BBM dan LPG naik. Karena itu, banyak pihak mendorong percepatan transisi energi ke gas alam agar Indonesia tak terus tergantung pada impor minyak.

× Image