Home > Kolom

Perang Iran-Israel Bisa Guncang Maritim Global

Skenario terburuk belum terjadi, tetapi dunia berjaga-jaga.
Konflik Iran-Israel dapat membahayakan logistik maritim dunia (ilustrasi). Sumber:Freepik
Konflik Iran-Israel dapat membahayakan logistik maritim dunia (ilustrasi). Sumber:Freepik

ShippingCargo.co.id, Jakarta – Pelayaran pascakonflik Iran-Israel masih belum aman. Meski pelabuhan terbesar Israel, Haifa Port, dinyatakan aman dari serangan rudal Iran baru-baru ini, ketegangan antara AS, Iran, dan Israel telah meningkatkan risiko gangguan besar pada perdagangan maritim global, khususnya di Selat Hormuz yang krusial bagi pasokan energi dunia.

Haifa Port — yang dikelola oleh konsorsium Adani India dan Gadot Israel sejak 2022 — menangani lebih dari 20 juta ton kargo per tahun dan tetap beroperasi normal usai serangan. Namun, kilang minyak Bazan di dekatnya rusak berat akibat serangan balistik, menewaskan tiga pekerja dan memicu kekhawatiran akan keselamatan infrastruktur penting lainnya di Israel, per Marine Insight.

Ancaman blokade terhadap Haifa Port oleh Houthi yang berafiliasi dengan Iran juga membuat premi asuransi kapal melonjak hingga 1 persen per pelayaran, naik drastis dari 0,2 persen. Ini mencerminkan tingginya risiko pelayaran di Timur Tengah saat ini.

Namun fokus dunia kini beralih ke Selat Hormuz. Jalur sempit sepanjang 33 km ini merupakan gerbang vital ekspor minyak dari Teluk ke pasar Asia, termasuk Indonesia. Sekitar 20% pasokan minyak global dan 25% perdagangan gas alam cair (LNG) dunia melintasi selat ini. Gangguan di sini bisa menaikkan harga minyak dunia hingga menembus US$120 per barel, bahkan lebih jika terjadi blokade total.

Negara-negara Asia seperti India, Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan adalah pembeli utama minyak yang melewati Hormuz. Bahkan, Marine Insight mencatat bahwa 40% dari impor minyak India melintasi selat ini.

Bagi Indonesia, yang masih mengimpor lebih dari separuh kebutuhan minyaknya, potensi gangguan distribusi akan memperberat fiskal akibat subsidi energi dan meningkatkan inflasi.Meskipun begitu, Iran diyakini tak akan menutup selat sepenuhnya karena dampak ekonomi bagi dirinya sendiri dan mitra strategis seperti Tiongkok, bahkan gangguan kecil pun sudah cukup mengguncang pasar.

Skenario terburuk belum terjadi, tetapi dunia berjaga-jaga. Jika Selat Hormuz dideklarasikan sebagai zona perang, perusahaan asuransi bisa menarik perlindungan kapal, yang akan memperbesar risiko dan biaya operasional pelayaran secara signifikan.


× Image