Neraca Perdagangan RI Masih Surplus, Ekspor Maritim Jadi Penopang

ShippingCargo.co.id, Jakarta — Neraca perdagangan Indonesia terus menunjukkan tren positif di tengah tantangan global. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa selama Januari hingga April 2025, surplus perdagangan barang Indonesia mencapai 11,07 miliar dolar AS, meningkat hampir 1 miliar dolar dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menyebut surplus tersebut ditopang oleh nilai ekspor yang menembus 87,36 miliar dolar AS, lebih tinggi dari impor sebesar 76,29 miliar dolar AS.
Ekspor tumbuh 6,65% secara tahunan, dengan sektor industri pengolahan sebagai kontributor utama. Komoditas berbasis maritim seperti besi dan baja mencatat ekspor sebesar 8,81 miliar dolar AS, serta CPO dan produk turunannya sebesar 7,05 miliar dolar AS, tumbuh hingga 20%.
Namun, ekspor batubara, salah satu komoditas laut andalan, justru menurun hampir 20% menjadi 8,17 miliar dolar AS. Hal ini menjadi sorotan bagi rantai logistik energi dan pelayaran kargo curah.
Tiongkok tetap menjadi mitra ekspor terbesar dengan nilai 18,87 miliar dolar AS, diikuti Amerika Serikat (9,38 miliar) dan India (5,59 miliar). Produk logistik laut seperti mineral, besi, dan baja menjadi andalan ekspor ke Tiongkok, sementara ekspor ke AS didominasi produk manufaktur dan tekstil yang juga bergantung pada rantai pasok maritim.
Impor nasional selama empat bulan pertama 2025 mencapai 76,29 miliar dolar AS, naik 6,27% dibanding tahun lalu. Porsi terbesar berasal dari mesin, peralatan listrik, dan kendaraan—komoditas yang banyak diangkut melalui jalur laut.
China menjadi negara asal impor terbesar dengan nilai 25,77 miliar dolar AS, disusul Jepang dan Thailand. Kenaikan signifikan terjadi pada impor bahan baku dan penolong industri, yang tumbuh 5,32% menjadi 55,35 miliar dolar AS.
Komoditas Laut Andalan Dongkrak Surplus Nonmigas
Lima komoditas utama penyumbang surplus perdagangan nonmigas mencerminkan dominasi logistik maritim:
- Lemak dan minyak hewani/nabati (9,85 miliar dolar AS)
- Bahan bakar mineral (9,16 miliar)
- Besi dan baja (5,54 miliar)
- Produk nikel (2,59 miliar)
- Alas kaki (2,05 miliar)
Negara tujuan utama yang memberikan surplus besar bagi Indonesia adalah Amerika Serikat (6,42 miliar dolar AS), India (4 miliar), dan Filipina (2,92 miliar). Namun demikian, seperti laporan Republika, Indonesia mencatat defisit nonmigas terbesar terhadap Tiongkok (6,9 miliar dolar AS), Australia, dan Hong Kong. Produk seperti kendaraan, mesin, dan perangkat listrik masih mendominasi defisit tersebut.
Khusus April 2025, ekspor Indonesia tercatat sebesar 20,74 miliar dolar AS (naik 5,76% YoY), sedangkan impor melonjak hingga 21,84% menjadi 20,59 miliar dolar AS. Hal ini menjadi perhatian bagi sektor logistik dan pelabuhan, mengingat peningkatan arus barang masuk dapat menambah tekanan pada fasilitas bongkar muat nasional.

ShippingCargo.co.id adalah media online yang berfokus pada informasi tentang shipping, pelabuhan, logistik, dan industri-industri yang terkait.