Tarif Trump dan AGOA: Guncangan Besar bagi Ekonomi Afrika?

ShippingCargo.co.id, Jakarta – Kebijakan perdagangan Presiden Donald Trump kembali mengguncang relasi ekonomi antara Amerika Serikat dan negara-negara Afrika. Dalam masa jabatan keduanya, Trump memberlakukan tarif impor sebesar 10% hingga 50% pada berbagai produk asal Afrika serta mengancam mencabut skema perdagangan bebas AGOA (African Growth and Opportunity Act). Langkah ini tak hanya mengejutkan pelaku industri, tapi juga menimbulkan ketidakpastian besar bagi negara-negara yang menggantungkan pertumbuhan ekonominya pada ekspor ke AS.
Mengapa Ini Penting?
AGOA, yang sejak tahun 2000 menjadi fondasi perdagangan AS-Afrika, memberikan akses bebas bea kepada 32 negara Afrika untuk lebih dari 1.800 produk. Sayangnya, per laporan dari Marine Insight, negara-negara yang justru sukses memanfaatkan skema ini – seperti Lesotho dan Afrika Selatan – malah menjadi sasaran tarif tertinggi karena memiliki surplus perdagangan tinggi dengan AS.
Contohnya, Lesotho kini menghadapi tarif 50%, mengancam 42% lapangan kerja di sektor tekstil mereka. Afrika Selatan, dengan tarif 30% dan tarif tambahan 25% untuk otomotif, berisiko kehilangan pasar utama untuk produk kendaraan dan logam mulia. Di Madagaskar, sekitar 60.000 pekerjaan terancam akibat tarif 47% atas produk tekstil dan vanili.
Efek Domino: Pekerjaan, Investasi, dan Stabilitas
- Industri Tekstil Lesotho: Ekspor ke AS menyumbang lebih dari 10% PDB. Tarif tinggi mengancam keberlanjutan sektor ini yang mempekerjakan ribuan perempuan.
- Afrika Selatan: Pabrik otomotif milik merek global seperti BMW mempertimbangkan ulang investasi karena pasar AS makin tak ramah.
- Madagaskar: Negara termiskin ini berpotensi kehilangan pemasukan utama dari produk tekstil dan vanili, memperparah krisis sosial.
Kenapa AS Melakukan Ini?
Trump menggunakan tarif sebagai alat untuk mengurangi defisit perdagangan AS. Namun, pendekatan ini mengabaikan realitas pembangunan di Afrika. Negara-negara seperti Nigeria dan Kenya pun terkena imbas, meskipun tidak separah tetangga mereka.
AGOA di Ujung Tanduk
AGOA dijadwalkan berakhir pada September 2025, dan ketidakjelasan soal perpanjangannya membuat investor dan eksportir gelisah. Ketika kebijakan tarif bertolak belakang dengan semangat AGOA, kepercayaan terhadap konsistensi kebijakan luar negeri AS pun ikut terguncang.
Sebagian negara mulai mempertimbangkan diversifikasi pasar ke Tiongkok, India, Uni Eropa, atau sesama negara Afrika. Namun infrastruktur dan kapasitas industri domestik masih menjadi kendala.
Apa yang Bisa Dilakukan?
- Negosiasi diplomatik: Beberapa negara seperti Lesotho mulai menawarkan insentif kepada AS untuk mendapatkan keringanan tarif.
- Percepatan integrasi perdagangan intra-Afrika: Memperkuat pasar domestik dan regional agar tak terlalu tergantung pada satu mitra dagang.
- Adaptasi industri: Investasi pada diversifikasi produk dan teknologi menjadi kunci bertahan dalam lanskap perdagangan yang berubah cepat.

ShippingCargo.co.id adalah media online yang berfokus pada informasi tentang shipping, pelabuhan, logistik, dan industri-industri yang terkait.