Perompakan di Asia Naik 83 Persen, Selat Malaka dan Singapura Paling Rawan

ShippingCargo.co.id, Jakarta – Insiden perompakan dan perampokan bersenjata terhadap kapal di Asia melonjak tajam hingga 95 kasus dalam enam bulan pertama tahun ini—naik 83 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, menurut laporan terbaru ReCAAP Information Sharing Centre.
Wilayah Selat Malaka dan Selat Singapura menjadi sorotan utama, mencatat 80 insiden. Angka ini melonjak drastis, dari yang tadinya hanya berada di angka 21 insiden pada paruh pertama 2024.
Sebagian besar insiden di Selat Malaka dan Singapura tidak parah, dengan 90% kasus tidak melibatkan cedera pada awak kapal. Sembilan dari sepuluh insiden terjadi setelah gelap, menurut pusat informasi ReCAAP, yang merupakan singkatan dari Regional Cooperation Agreement on Combating Piracy and Armed Robbery against Ships in Asia.
Baca Juga:Kemenhub Gelar Sipencatar dan University Fair 2025
Dalam setengah dari 80 kasus di dua selat Asia Tenggara tersebut, tidak ada barang yang dicuri, sementara dalam 29% insiden, para penyerang mengambil suku cadang mesin.
“Para pelaku biasanya naik ke kapal yang bergerak lambat, freeboard rendah, dan tidak siap di jalur sempit Selat Malaka dan Singapura,” ungkap ReCAAP, seperti dilansir oleh gCaptain.
Dalam setengah kasus, perompak tak berhasil mencuri barang. Namun dalam 29% insiden, suku cadang mesin menjadi target utama.
Vijay D. Chafekar, Direktur Eksekutif ReCAAP, mendesak peningkatan patroli dan pengawasan dek kapal pada malam hari, terutama di titik-titik rawan. “Nakhoda perlu siaga ekstra, dan menerapkan sistem pencegahan naiknya orang asing ke kapal,” tegasnya.
Laporan ini memperkuat urgensi kerja sama antarnegara di Asia untuk menjaga keamanan laut di jalur pelayaran tersibuk dunia ini—yang juga vital bagi logistik global.

ShippingCargo.co.id adalah media online yang berfokus pada informasi tentang shipping, pelabuhan, logistik, dan industri-industri yang terkait.