Penangkapan Perompak Redakan Insiden Selat Singapura

ShippingCargo.co.id, Jakarta—Setelah serangkaian insiden yang mencemaskan industri pelayaran, dua pekan terakhir di Selat Singapura tercatat tanpa satu pun laporan aksi perompakan. Ketenangan ini muncul seiring dengan penangkapan kelompok perompak oleh Direktorat Polisi Perairan (Polair) Kepolisian Daerah Kepulauan Riau pada 9 Juli 2025. Delapan pelaku ditangkap saat mencoba menaiki kapal tanker di Philips Channel, dan tiga lainnya diamankan di darat.
Namun, apakah ini benar-benar tanda perbaikan situasi, atau sekadar jeda sementara dalam siklus kejahatan laut yang terus berulang?
Data dari ReCAAP Information Sharing Centre menyebutkan bahwa semester pertama 2025 mencatat 79 kejadian perompakan—angka tertinggi dalam lebih dari satu dekade. Bahkan, hanya pada pekan pertama Juli, sebelas insiden telah dilaporkan. Jadi, patut dicatat bahwa jeda dua pekan ini lebih merupakan pengecualian daripada pola baru.
Penangkapan terbaru oleh aparat Indonesia menjadi momen penting. Sudah cukup lama tidak ada kelompok perompak yang berhasil diamankan atau diproses hukum secara tuntas. Dan dari pengalaman sebelumnya, tiap keberhasilan aparat menindak kelompok semacam ini kerap disusul dengan penurunan angka serangan terhadap kapal.
Meski demikian, Kepolisian RI mengakui bahwa beberapa kelompok perompak masih aktif, khususnya di kawasan perairan Kepulauan Riau yang berbatasan langsung dengan jalur timur Traffic Separation Scheme (TSS). Area ini dikenal rawan karena kapal-kapal cenderung melambat saat harus berbelok di Philips Channel, menjadikannya sasaran empuk aksi "hit and run", per Seatrade Maritime.
Thomas Timlen, analis dari Risk Intelligence, mengingatkan melalui akun LinkedIn-nya bahwa “dengan dua kelompok perompak lainnya masih berkeliaran, kewaspadaan tetap sangat penting.”
Menambah kerumitan, isu under-reporting—enggannya operator kapal melaporkan insiden karena khawatir terganggu operasionalnya—terus menjadi tantangan. Namun ironisnya, bahkan kapal-kapal dark fleet yang biasanya menghindari kontak dengan otoritas, disebut telah melaporkan insiden perompakan belakangan ini.
Sementara itu, ReCAAP terus mengimbau awak kapal untuk tetap waspada dan menerapkan protokol keselamatan ekstra saat melintasi kawasan berisiko ini.
Pertanyaannya kini bukan lagi “apakah perompakan akan terjadi lagi?” tetapi “kapan?” dan “apa yang bisa dilakukan agar jeda dua pekan ini menjadi awal perubahan permanen?” Jika tidak, jeda ini hanya akan menjadi koma dalam kalimat panjang kejahatan maritim di salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia.

ShippingCargo.co.id adalah media online yang berfokus pada informasi tentang shipping, pelabuhan, logistik, dan industri-industri yang terkait.