Home > Logistik

Paruh Kedua 2025 Diprediksi Suram bagi Kontainer Global

2025 tampaknya menjadi tahun penuh tantangan bagi sektor pelayaran kontainer.
Ilustrasi kapal kargo.Kontainer global diperkirakan akan lebih suram di paruh kedua 2025. Sumber:Freepik
Ilustrasi kapal kargo.Kontainer global diperkirakan akan lebih suram di paruh kedua 2025. Sumber:Freepik

ShippingCargo.co.id, Jakarta — Harapan akan pemulihan di paruh kedua 2025 tampaknya semakin memudar bagi industri pelayaran kontainer global. Permintaan yang lesu, kelebihan kapasitas, dan gejolak kebijakan perdagangan global membuat para pelaku industri merevisi proyeksi keuangan mereka. Ocean Network Express (ONE) dari Jepang menjadi salah satu yang pertama menurunkan proyeksi pendapatannya untuk tahun fiskal penuh,dan analis memperkirakan perusahaan pelayaran lain akan segera menyusul.

Laporan terbaru dari Jefferies menyimpulkan suasana pasar saat ini dengan judul yang mencolok “Tempat yang Tidak Menarik di Antara Tidak Baik dan Tidak Buruk”. Meskipun sempat terjadi lonjakan tarif pengapalan di awal musim panas, sentimen pasar kembali meredup dan pelaku industri bersiap menghadapi musim puncak yang jauh dari kata menggembirakan.

Linerlytica, seperti dilansir Splash 247, mengingatkan bahwa efek berantai dari kebijakan tarif AS mulai terasa nyata. Volume kontainer kini berada di bawah tekanan. Kesepakatan perdagangan terbaru antara AS dan Uni Eropa—yang mencakup tarif 15% atas barang-barang asal Eropa—diprediksi akan menghantam volume rute transatlantik. Padahal, impor dari Eropa ke AS sempat tumbuh 8% pada semester pertama 2025, namun tren ini diperkirakan berbalik di semester kedua. Jefferies memproyeksikan penurunan sebesar 10%, sementara kapasitas angkut di rute ini justru 16% lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. Ini menciptakan potensi kelebihan kapasitas yang signifikan jika permintaan terus menurun.

Indeks tarif pelayaran mencerminkan kondisi ini. Shanghai Containerized Freight Index (SCFI) telah turun selama delapan minggu berturut-turut, dengan penurunan tambahan sebesar 42 poin hari ini. Upaya para operator untuk menaikkan tarif pada bulan Agustus tampaknya gagal, karena ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan masih berlanjut.

ONE, operator pelayaran terbesar keenam dunia, mengumumkan hasil kuartal pertamanya hari ini dan memangkas proyeksi pendapatan tahunan sebesar $400 juta. CEO Jeremy Nixon menyebutkan bahwa tantangan geopolitik dan kondisi pasar yang terus berubah di berbagai negara besar, ditambah kemacetan pelabuhan, menjadi faktor utama yang menghambat rantai pasok global.

Menurut lembaga analisis Sea-Intelligence, reli tarif singkat yang terjadi pada awal Juni telah memudar. Bahkan, musim puncak yang biasanya terjadi di pertengahan tahun mungkin akan absen sepenuhnya tahun ini. Dalam skenario terburuk, volume pengiriman pada bulan Agustus bisa anjlok hingga 26% dibandingkan tahun sebelumnya—mendorong lebih banyak pembatalan pelayaran (blank sailings) dan tekanan tambahan terhadap tarif.

Kendati ada potensi lonjakan permintaan mendadak menjelang akhir September, karena para importir AS berlomba mengirim barang sebelum libur Golden Week di Tiongkok, para analis menilai itu hanya akan menjadi “lonjakan sesaat”. “Kita mungkin akan melihat lonjakan tarif seperti di bulan Juni, tapi kemudian kembali anjlok dengan cepat,” ujar Sea-Intelligence.

Tren tarif spot juga menunjukkan volatilitas serupa. Lars Jensen dari Vespucci Maritime mengungkapkan bahwa tarif ke Pantai Barat AS, yang sempat melonjak lebih dari $3.000 per FEU (kontainer setara 40 kaki) pada bulan Juni, kini telah kembali ke tingkat sebelum lonjakan.

× Image