Tarif Trump dan Gejolak Tarif Kontainer Global: Kemenangan yang Berisik tapi Rapuh

ShippingCargo.co.id, Jakarta — Harga pengapalan kontainer global kembali melonjak. Alasannya?Seperti biasa, bukan karena mekanisme pasar yang sehat, tetapi akibat ketidakpastian dari kebijakan dagang Presiden Donald Trump.
Dalam dunia perdagangan global yang sangat bergantung pada stabilitas jalur logistik, keputusan impulsif bisa membuat dampak merambat dari Shanghai hingga Rotterdam. Dan memang, grafik terbaru Freightos menggambarkan sebuah realitas: lonjakan harga, ketegangan pasokan, dan pasar yang lebih terlihat seperti roller coaster daripada sistem ekonomi yang rasional.
Tarif 55%: Klaim Sepihak, Realitas Global
Trump baru-baru ini mengklaim bahwa Tiongok telah menyetujui tarif 55% untuk ekspor mereka ke AS. Pernyataan itu, tentu saja, tidak dikonfirmasi oleh Beijing. Meski demikian, pasar langsung bereaksi seolah-olah dunia sedang bersiap menghadapi perang dagang jilid dua. Hasilnya? Tarif pelayaran dari Tiongkok ke Pantai Barat AS (WCNA) dan Pantai Timur AS (ECNA) melambung dalam hitungan hari.
Data Freightos menunjukkan tarif dari Shanghai ke Los Angeles melesat lebih dari dua kali lipat, dari 2.788 dolar (23 Mei) ke 5.994 dolar (13 Juni) sebelum stabil di $5.593 pada 20 Juni. Di jalur Tiongkok–ECNA, tarif naik lebih dari $3.000 hanya dalam satu bulan. Ini bukan sekadar pemulihan pasca-COVID; ini adalah lonjakan artifisial yang dipicu retorika Twitter dan bukan strategi dagang.
Kapabilitas vs. Ketidakpastian
Meski terjadi kesepakatan jangka pendek antara AS–Tiongkok, situasi pelayaran global tetap tidak stabil. Kekurangan kapal akibat repositioning, kepatuhan terhadap aturan emisi karbon, dan keterlambatan pelabuhan transhipment memperparah kondisi. Tak heran jika VP Kuehne + Nagel, Bill Rooney, menyebut jadwal pelayaran sebagai “dumpster fire.”
Para pengirim barang AS juga mengeluhkan jatuhnya keandalan jadwal, membuat ongkos tambahan dari keterlambatan jadi beban rutin. Ini bukan perdagangan bebas yang efisien; ini perdagangan yang dikacaukan oleh ego dan kampanye politik.
Eropa, Asia, dan Titik Nyaman yang Rapuh
Sementara itu, tarif dari Asia ke Eropa Utara juga merangkak naik, dari $2.361 ke $3.096 antara Mei dan Juni. Dari Asia ke Mediterania, bahkan lebih tinggi, mencapai $4.846 per FEU. Per Splash 247, peningkatan permintaan bertemu dengan gangguan pasokan, tapi justru dikuatkan oleh ketidakpastian geopolitik.
Eropa pun mulai muak. Uni Eropa menarik diri dari dialog dagang tingkat tinggi dengan China dan melancarkan serangan tarif terhadap barang-barang China. Tapi di sisi lain, mereka menyambut gembira perdagangan dengan Mercosur (Amerika Selatan), yang menawarkan kestabilan dan pertumbuhan dua arah. Tarik-menarik ini menunjukkan bahwa bukan hanya nilai dagang yang diperhitungkan, tetapi juga siapa mitra yang lebih dapat dipercaya.
Saat Platform Global Bergantung pada Kapasitas Ego
Kebijakan Trump soal tarif dan proteksionisme memicu volatilitas harga kontainer yang lebih tinggi daripada yang disebabkan oleh krisis energi atau pandemi. Ini bukan strategi jangka panjang yang membangun daya saing industri AS, tetapi manuver jangka pendek yang mengorbankan keandalan global demi poin politik lokal.
Dewasa ini, dunia logistik menghadapi ancaman yang jauh lebih besar dari sekadar cuaca buruk di Samudera Pasifik. Terlebih, hal bisa memburuk kala satu tweet bisa menaikkan tarif pelayaran sebesar ribuan dolar per kontainer, dan satu pernyataan sepihak bisa menggeser pola pelayaran global.
Kesimpulan
Harga kontainer memang naik, tetapi bukan karena kemajuan atau inovasi, melainkan karena ketidakstabilan yang dibuat-buat. Ketika perdagangan dunia dipertaruhkan demi ambisi politik domestik, yang membayar harganya adalah eksportir, konsumen, dan kestabilan pasar global.

ShippingCargo.co.id adalah media online yang berfokus pada informasi tentang shipping, pelabuhan, logistik, dan industri-industri yang terkait.